Kamis, 06 Maret 2014

Karena Perpisahan Itu

Karena Perpisahan Itu

1393066672939944507

Ah. Dulu aku masih kecil. Kecil sekali. Aku tak tahu apapun. Tak tahu apa yang terjadi saat itu. Yang jelas aku hanya tahu satu hal, ayah dan ibuku berpisah. Dan tiba tiba aku hidup sendiri dengan ibuku. Sedangkan adik laki lakiku bersama ayahku. Semua kejadian itu terjadi sekelebat, terjadi sangat cepat. Sudah bertahun tahun yang lalu hal itu terjadi. Dan selama bertahun tahun itulah aku tak pernah tahu kabar dari ayah kandungku dan adik laki lakiku. Tapi yang jelas, aku masih ingat wajah mereka berdua. Wajah disaat senja. Wajah mereka yang memancarkan cahaya. Wajah mereka yang memancarkan keteduhan. Aku merindukan wajah mereka.

Merindukan pelukan mereka. Senja. Satu kata yang menunjukkan keteduhan, memaknai keteduhan. Keteduhan sosok ayah dan saudara. Aku bahkan tak pernah merasakan keteduhan senja itu dari dua sosok lelaki itu. Mereka pergi, pergi meninggalkanku begitu saja. Aku besar dan dididik tanpa senja mereka.

Aku memang masih kecil saat itu. Tapi tentu, aku masih ingat banyak kenangan yang terjadi. Yang kuingat dari ayah adalah sesaat sebelum kami berpisah, dia memelukku sambil menangis. Lalu aku bertanya. "Kenapa ayah menangis?" Dia menjawab dengan parau. "Tak usah kau pikirkan nak, cepat tidur." Sambil dia mencoba mencium keningku. Hanya itu ingatanku tentangnya. Ya, hanya itu. Yang aku ingat setelah itu, aku tak bertemu dengannya lagi. Memang saat itu aku masih kecil. Aku tak mengetahui apapun. Senja memang selalu meneduhkan. Saat aku mengerti arti senja itu, aku pasti dapat mengetahui arti hangat, arti teduh. Sementara yang kuingat dari adik laki lakiku adalah bahwa jika setiap kali ia bertemu denganku, dia selalu menangis. Selalu. Hal itu selalu terjadi setiap kali dia melihat mataku. Hanya itu yang kuingat darinya. Ah. Adik cengeng. Dia hanya bisa menangis. Memang senja tak tampak dari adikku, tapi aku percaya, jika kita selalu bersama, aku pasti dapat merasakan senja itu, seperti yang dirasakan teman temanku yang memiliki saudara, arti saudara kandung. Memang terkadang mereka berkelahi, mereka memperbeutkan yang satu, tapi itu lah pelajaran yang didapat, bahwa hidup ini adalah berbagi. Berbagi satu sama lain. Belajar, bemain, bernyanyi, bertengkar bersama. Senja itu lah yang ingin aku rasakan. Tapi sayang, aku tak pernah bisa memiliki senja itu, meski sebenarnya aku punya, punya senja itu, senja yang dipancarkan adik laki lakiku.

Hilang. Aku benar benar merasakan artinya kehilangan. Hilang tak sekompleks itu. Hilang itu berputar putar. Mencari. Jika kehilangan sesuatu, kita harus mencarinya. Tapi bagaimana jika sesuatu itu adalah senja? Apakah harus tetap mencarinya? Tapi jika harus mencari, aku harus mencari kemana lagi? Ah. Aku kembali menyalahkan aku kecil. Kenapa saat itu aku masih kecil, kenapa aku tak tahu apapun. Kenapa kita berpisah? Kenapa harus kita berpisah?

Cinta. Cenderung mengurungkan beribu ribu misteri di dalamnya. Terkadang senja tampak, tapi kegelapan juga tampak disana. Mungkin itu jawabannya. Jawaban dari pencarianku selama ini. Pencarian yang panjang dan melelahkan. Pencarian yang memakan waktu bertahun tahun. Sangat melelahkan. Hingga sekarang, aku merasa benar benar lelah. Aku lelah, aku ingin beristirahat sejenak. Ibuku. Sosok yang hidup denganku bertahun tahun tanpa senja itu bersamaku. Aku tahu betul bagaimana sifat ibuku. Kami selalu bersama. Tapi disaat kebersamaan itu aku selalu merasa hilang. Kehilangan senja. Dan saat aku mencoba bertanya tentang hilangnya semua senja senja itu pada ibu. Dia hanya tersenyum. Lalu mengatakan. "Ayah dan ibu sudah tak saling mencintai." Hanya itu jawabannya. Berkali kali aku menanyakan hingga lelah, jawabannya juga tak pernah berubah. Sama. Berkali kali pula ia menjawab, dengan jawaban selalu sama. Dan aku hanya berusaha menyatukan semua dengan ingatan masa laluku. Semua karena Cinta. Ya, Cinta. Cinta yang di dalamnya hanya ada senja dan kegelapan. Kenapa? Kenapa cinta harus memisahkan antara ibu dan ayah? Padahal aku yakin, saat ayah dan ibu menikah, mereka mengucapkan janji, janji pernikahan yang setia. Janji yang diatasnamakan dengan cinta. Cinta setia dan abadi. Mungkin sekarang aku tak bisa percaya lagi dengan cinta, bagiku cinta hanyalah bualan semata, cinta setia dan abadi hanyalah kegelapan, hanya kisah kisah dongeng bodoh itu. Patah. Janji itu patah. Tak ada seorangpun lagi yang bisa menyatukan janji itu, mungkin sampai kapanpun. Hanya ayah dan ibu yang bisa menyambungkan itu lagi. Iya, mungkin masih bisa, setelah sekian lama itu.

Bertahun tahun setelah perpisaha itu, sekarang, aku duduk di meja hakim tertinggi, dengan jubah hitam yang besar dengan warna merah di bagian atas. Ya, aku seorang pengadil. Pegadil tertinggi dalam jabatan kehakiman. Tak ada orang yang berani menentangku, menentang perkataanku, menentang kebijakanku. Aku sangat ditakuti, aku yang menentukan dan mengakhiri suatu kasus. Sang pelaku kasus hanya diam menatapku. Tatapan mata mereka sama. Tatapan benci. Sementara aku menggedor gedorkan palu di meja, menentukan berakhirnya suatu kasus. Semua pelaku jahat itu bungkam dihadapanku. Koruptor koruptor dari pemerintahpun diam, bisu dihapanku. Sang pengacara juga hanya terdiam, terdiam takut di hadapanku. Aku menangani berbagai kasus, dari pencurian, penyiksaan, pembunuhan, sampai koruptor koruptor tikus itu.

Mereka semua takut padaku. Karena di saat aku mengetokkan palu, tak ada orang yang berani menentangku. Kekuasaanku sungguh luar biasa. Bahkan banyak dari mereka tak berani menatapku, tak berani menghadap rezimku. Saat saat dimana aku menjadi penguasa, aku begitu tegas, dan sangat kejam bagi tikus tikus perusak bangsa. Aku seperti menjadi seorang singa yang sangat berkuasa, tak ada seorang pelaku penjahat itu yang berani menikamku, karena aku tahu mereka hanya seorang tikus, tikus yang tidak memiliki taring dan kuku. Aku juga tak tahu apa yang membuatku menjadi sekejam ini, di mata tikus tikus itu. Padahal aku hidup dan tumbuh besar tanpa senja, senja itu. Atau mungkin karena itu, karena aku tak pernah merasakan senja, maka setelah termakannya waktu, aku berubah, berubah menjadi monster singa yang kejam, sangat kejam. Aku menentukan hukuman terhadap suatu kasus. Sudah banyak kasus, banyak sekali. Bertahun, tahun juga aku bekerja di instansi pemerintahan seperti ini, tanpa kesalahan, tanpa cacat, selalu dengan sempurna.

Sampai suatu saat, aku menangani kasus yang sangat jarang sekali ada. Yaitu malpraktek kejam yang dilakukan oleh seorang dokter. Sedari tadi, Dokter muda dihadapanku ini hanya terdiam. Menunduk, menunduk takut di hadapanku. Dia tak berani mendongkakkan kepalanya ke arahku, ke arah matakku. Dia membisu. Seperti tak bisa berkata kata, seperti tak bisa berucap, seperti tak bisa mengerti apapun. Diam yang tenang, diam membisu. Mungkin, diam adalah emas. Tapi adakalanya diam juga tak selalu emas. Aku mencoba bertanya banyak hal padanya. Tapi dia masih diam. Diam. Ketika dia memasuki ruangan ini, dia memang sudah tertunduk, tertunduk diam, lemas, lemas sekali. Tak ada semangat dari sikapnya, tak ada pertentangan, tak ada harapan.
Perkataanku tak digubrisnya sedikitpun, mungkin hanya dianggapnya sebagai angin lalu. Dia kesini juga sendiri, tanpa pengacara pendamping, tanpa pembela, tanpa penonton. Pasrah. Dia seperti sangat pasrah. Tanpa harapan. Laki laki itu masih terpaku, siap menghadapi takdir, menerima takdirnya. Sampai dia berucap. "Aku merindukannya. Aku sangat merindukannya." Kali ini, aku yang hanya terdiam. Entah kenapa, suasana di dalam gedung ini sangat menegangkan, setelah laki laki itu berucap hal itu. Aku seperti melihat aura pembunuh dalam dokter laki laki itu. Aku melihat aura pembunuhan dari bahasa tubuhnya. Dia masih tertunduk. Aku belum berani menjawabnya. Aku mencoba membolak balikkan kertas yang berisi kasus tentangnya, aku baca lebih seksama. Dia sungguh manusia kejam. Manusia yang sangat kejam. Dia dokter kejam. Dia telah membunuh ratusan bayi pada prakteknya untuk menghidupkan seseorang. Tapi sayang, rencananya gagal. Dan sekarang, dia hanya terdakwa yang duduk pasrah di hadapanku.
"Kenapa kau membunuh?" Tanyaku padanya.
"Kau takkan mengerti, kau takkan mengerti apa apa." Jawabnya parau. Sesak. Masih tertunduk.
"Memang aku tak mengerti, tapi aku akan berusaha mencoba mengerti, maka aku menanyakannnya padamu." Jawabku tenang. Entah kenapa, aura singaku tak keluar hari ini. Dia tertunduk diam. Mungkin dalam hatinya terjadi gejolak gejolak jeritan yang luar biasa. Gejolak yang terpencar pencar. Hancur. Kenapa aku merasa takut? Kenapa aku merasa takut padanya?
"Hilang. Aku melakukan itu, karena aku merasa kehilangan terhadap seseorang yang kukasihi, kusayangi. Kau tak mungkin merasakan itu. Merasakan pedihnya kehilangan." Aku mencoba mengikuti ceritanya. Mengikuti masa lalunya. Mendengarnya. Dia melanjutkan ceritanya. "Saat aku kecil, ayah dan ibuku berpisah. Kau tak kan pernah mengerti, merasakan artinya kehilangan itu. Setelah itu aku hidup bersama ayahku, bersama ibu baruku. Bertahun tahun kami bersama, tapi aku tetap merasakan kehilangan, kehilangan. Setelah tahun demi tahun, saat aku lulus sma, ayahku meninggal, ayah seorang yang paling aku kasihi. Dan di saat itu pula aku masuk kedokteran. Ibu baruku pergi meninggalkanku sendiri setelah ayah meninggal. Lalu aku sendiri, sendiri selamanya. Hingga aku lulus kedokteran dan aku tahu, aku bisa, bisa menghidupkan seorang yang aku kasihi, ayahku. Meski dengan cara itu, cara memindahkan nyawa. Nyawa bayi bayi tak berdosa itu. Tapi kenapa aku tetap saja gagal?" Katanya parau. Sambil dia mendongkakkan wajahnya, berani menghadapku, menghadap mataku. Hatiku tercekat.
Tiba tiba dia menangis. Dokter laki laki itu menangis, jeritan tangisannya melengking lengking, menukik ke segala arah. Arah jiwaku. Menusuk dalam, dalam sekali. Dan disaat itu juga, aku teringat sesuatu, saat melihat matanya, tatapannya. Teringat ketika melihat dokter laki laki di depanku, seseorang yang selalu menangis di hadapanku. Dia adik kandungku. Adik kandungku yang kehilangan banyak senja. Dan kini setelah lama tak berjumpa pun, dia tetap menangis di hadapanku, masih sama seperti dulu. Aku tak tahu harus berbuat apa. Masa lalu kamipun beradu, berbenturan, bernostalgia. Mencoba mencerminkan diri di atas kaca, kaca yang berdebu. Aku seperti berada di depan kaca itu. Tapi yang kulihat di kaca bukanlah aku, tapi adik laki laki kandungku. Dia mungkin tak mengenalku, tapi jelas aku mengenalnya. Aku dapat melihat dari raut wajahnya, sama seperti dia kecil dulu sebelum kita berpisah, aku tak pernah melupakan wajah itu. Aku tak pernah melupakan wajahnya dan wajah ayah. Karena aku ingin merasakan senja senja itu. Tapi sekarang, setelah sekian lama kami berpisah tak bertemu, masihkah aku harus berharap dapat merasakan senja itu?
Aku menangis sejadi jadinya. Sementara aku melihatnya menangis nangis terisak isak, menjerit jerit perih, berteriak "ARRGGGHHH!!!" Tiba tiba suasana gedung itu riuh. Ricuh. Adikku berdiri dari kursinya, mengambil kursi dengan cepatnya, lalu melemparkannya ke arahku.
"Orang sepertimu takkan pernah mengetahui rasanya!" Teriaknya. Aku mencoba menunduk untuk menghindar dari serangan kursinya. Beberapa orang penonton, dan rekan rekan hakimku yang lain berlarian ke arahnya, berusaha menenangkannya. Dari beberapa mereka berteriak "Dia itu dokter gila!" Dia seperti monster. Monster yang berada di panggung kebesaran bernama dunia, yang sepi, sendiri, gelap, selalu tanpa senja.
Beberapa orang telah menangkapnya dan menenangkannya, ada yang memukul kepalanya, sehingga monster itu diam, tenang, lalu jatuh ambruk ke lantai. Dia pingsan. Aku masih menangis terdiam dari kejauhan. Mungkin kami berdua memang mosnter, aku adalah singa yang hanya pandai berkata kata, sementara dia monster yang sebenernya, bukan hanya tikus, dia seorang monster yang lebih buas dan kejam dari singa. Aku tak menyangka dia akan menjadi seperti ini sekarang, menjadi monster yang diselubungi kegelapan, yang hitam dan pekat tanpa senja dariku, ayah, dan ibu. Aku tahu dik, aku tahu rasanya hatimu! Karena aku juga merasakannya! Aku sangat merindukan senja. Sangat merindukan senja itu kembali.

sumber:  http://m.kompasiana.com/post/read/637077/2/karena-perpisahan-itu.html

PENGORBANAN SEORANG AYAH

PENGORBANAN SEORANG AYAH

2 Maret 2012 pukul 12:06
  • Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.Lalu bagaimana dengan Papa?Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil……Cerita Sedih Tentang CintaPapa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…Kemudian Mama bilang : “Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya” ,Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka….

Tapi sadarkah kamu?

Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Cerita Ayah

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :

“Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.Ketika kamu sudah beranjak remaja….Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”.

Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu…Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama….Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia…. :’)Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu..Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir…Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut…Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?

“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa”Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti…Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan PapaKisah Sedih

Ketika kamu menjadi gadis dewasa….Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain…Papa harus melepasmu di bandara.Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?

Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan…

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “Tidak…. Tidak bisa!”Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu”.Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..Karena Papa tahu…..Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….

Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia….Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa….Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik….Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik….Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk…Dengan rambut yang telah dan semakin memutih….Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya….Papa telah menyelesaikan tugasnya….Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita…Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat…Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal ^_^


 

sumber: https://www.facebook.com/notes/-kumpulan-kata-bijak-cinta-dan-motivasi-hidup-/pengorbanan-seorang-ayah/222861457811312

Surga Di Bawah Telapak Kaki Ibu

 
       Peribahasa "Surga di bawah telapak kaki ibu" sering membuat kening saya berkerut sewaktu saya masih berstatus lajang. Apa benar di bawah telapak kaki ibu saya itu ada surga? Tentu saja kalimat tersebut tidak bisa diambil makna harfiahnya begitu saja.

       Setelah menjadi seorang ibu, baru saya bisa memahami apa makna dari kalimat tersebut. Seorang ibu akan mencintai anak-anaknya tanpa syarat; hati, pikiran, tenaga, dan jasmaninya dipersembahkan untuk anak-anaknya tanpa sedikitpun mengharapkan imbalan apa-apa yang dia inginkan hanyalah kebahagian dan kesehatan dari anak-anaknya.

       Selama sembilan bulan telah mengandung anaknya dengan berbagai masalah yang timbul yang berkaitan dengan kehamilannya: muntah/mual, bengkak kaki, selulit di paha dan perut, dan sebagainya. Tidak mengurangi rasa sayang terhadap bayi yang dikandungnya.

       Setelah melahirkan pun, seorang ibu harus menyusui bayinya dan hanya bisa memejamkan matanya beberapa jam semalam karena sang bayi yang baru lahir biasanya akan terbangun dan menangis beberapa kali di malam hari.

       Ketika mereka mulai ke sekolah. Pagi-pagi sudah harus bangun untuk menyiapkan makanan; make sure pakaiannya bersih dan rapi; make sure bekalnya sudah dimasukkan ke tas sekolah; make sure pekerjaan rumahnya tidak ketinggalan dan siap untuk mengantarkan ke bus stop. Tak lupa untuk mengatakan “Be happy and have fun at school”, “Love you” pada saat bis-nya sudah datang. Begitu juga bila tiba saatnya pulang sekolah, menjemput di Bus Stop. “How is your school today?”, “Do you have fun?”.

       Sesudah anak-anaknya besar, bahkan terkadang yang sudah memiliki keluarga sendiri pun, sang ibu tetap saja khawatir dan peduli dengan kesejahteraan, kebahagiaan, kesehatan, dan keselamatan anak-anaknya.

       Dari hari ke hari, senyum ramah dan kebahagiaan selalu ditularkan kepada anak-anaknya meskipun dari luar terkadang kelihatan garang tetapi di dalam hatinya selalu menaburkan kasih sayang yang tak terhingga buat mereka baik di saat mereka berperilaku dengan manis, pada saat mereka melucu, pada saat mereka sakit, pada saat mereka gembira bahkan pada saat mereka pada nakal. Tiada waktu yang tak terlewatkan tanpa sinaran dan pancaran rasa cinta dan kasih sayang kepada anak-anaknya.

        Pantaslah apabila surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu karena seorang ibu akan selalu bisa dijadikan tempat yang bisa untuk memberikan naungan, kenyamanan, keselamatan, kebahagiaan bagi anak-anaknya mulai dari anaknya tumbuh di rahimnya hingga mereka tumbuh dewasa ataupun hingga akhir hayatnya.

       Di Amerika Serikat, para ibu memiliki hari khusus di setiap hari minggu kedua di bulan Mei yang dirayakan oleh suami dan anak-anaknya sebagai "Mother's Day".

              “Kasih Ibu kepada beta”
              “Tak terhingga sepanjang masa”
              “Hanya memberi tak harap kembali”
              “Bagai sang surya menyinari dunia”

sumber:  https://www.goodreads.com/author_blog_posts/4153885-surga-di-bawah-telapak-kaki-ibu

Dia Anakku, bukan anakmu!

Dia Anakku, bukan anakmu!


“Kaduhung mah moal tiheula” pepatah orang Sunda yang berarti menyesal selalu dating belakangan. Dan ini yang aku rasakan. Gara-gara Sinta yang mengenalkan aku pada Rian, yang mengaku mahasiswa favorit di Jatinangor, padahal ia hanyalah penjaga dealer pulsa.
Ya. Perbuatan memalukan itu terjadi menjelang ujian akhir. Mimpi masuk perguruan tinggi kandas sudah. Sirna setelah aku terpedaya oleh fisik Rian yang hampir sempurna dimataku waktu itu. Mata agak sipit kayak Hyun Bin, aktor Korea. Rambut cepak berpostur atletis. Siapa sangka ia akan merebut mahkota yang seharusnya kujaga untuk seuamiku kelak.
“Rian Abraham, mahasiswa tingkat 2 Fakultas Teknik,” kenalnya waktu itu ketika aku dan Sinta hendak belanja di Jatinangor Town Square.
“Wulan,” jawabku singkat sembari menyambut tangannya.
Sinta sudah kuanggap saudaraku sendiri, ia kukenal sebagai sosok yang sederhana. Aku sempat iri padanya, perjuangan membantu orang tua aku acungi jempol buat Sinta. Penghasilan ayahnya yang tukang bakso keliling mungkin tak akan cukup untuk membiyai sekolah Sinta juga empat saudaranya. Meskipun saat ini Sinta duduk di kelas XII seperti aku, ternyata ia bisa meringankan beban ekonomi keluarganya. Aku tak pernah menanyakan darimana ia mendapatkan uang itu. Bukan urusanku.
Akhirnya aku tahu darimana Sinta mendapatkan uang, setelah ia menjerumskan aku menjadi korban selanjutnya. Menjual mahkota teman, bahkan saudaranya sendiri demi membiayai ekonomi keluarga. Ia telah sukses memperdayai aku dengan halus. Kepada Rianlah aku dijual.
Postif. Ya, aku positif diperut ini ada benih janin hasil perbuatan yang memalukan itu. Aku coba menutupi perut yang semakin besar. Aku balut dengan ikatan yang kuat. Teman-temanku merasakan keganjilan setelah melihat penampilan seragam yang aku pakai, kepalaku berbalut hijab. Inilah caraku menutupi kehamilan yang beranjak tujuh bulan.
Sepandai-pandainya tupa melompat akhirnya jatuh juga. Sepintar-pintarnya aku menutupi kebuntinganku, akhirnya diketahui. Bu Salma, guru bahasa Indonesia yang melihat perubahan pada diriku. Aku diinterogasi. Dan aku mengaku.
Tak ayal, aku dikeluarkan. Tidak ada keringanan bagi siswa seperti aku. Akhirnya dua minggu jelang ujian, aku dikeluarkan tak terhormat.
Orangtuaku terpukul, merasa terhina dengan noda hitam yang kugoreskan dalam catatan hidup yang tak pernah mereka lukiskan.  Bapak menjadi orang yang paling dicari para wartawan. Pantas, bapak anggota dewan. Terpampang di headline menjadi target seorang jurnalis. Apalagi ini berita heboh dari pejabat. Pasti surat kabar akan laku keras.
Aku diasingkan ke Ujungjaya, sebuah desa yang menjadi perbatasan antara Sumedang dan Majalengka. Di rumah Bi Idas kini aku menetap. Bi Idas adalah pembantuku ketika aku kecil. Panas menyengat memaksa aku harus tetap tinggal di kampung ini, demi melahirkan anak berayah yang tak halal, tak berakhlak pula.
Menjelang Dhuha, proses melahirkan pun berjalan dengan selamat, ini berkat bantuan paraji, Mak Nengsih, dukun beranak kampong ini. Hampir semua anak yang dilahirkan di kampung ini hasil tangan terampilnya.
Aku melahirkan tepat ketika tepat dengan kelulusan teman-temanku di kota. Aku kecewa pada diriku sendiri. Kenapa aku tak bisa mengemban amanah yang telah diberikan Allah.
“Hidup ini adalah amanah. Maka, kewajiban kitalah untuk menjaga amanah itu dengan sebaik-baiknya,” pernah kudengar isi ceramah pagi yang disampaikan Ustad Abu Diba di pesawat radio.
Bayi mungil nan cantik, Syifa Hayati menjadi teman sehari-hariku selain Bi Idas. Ia menjadi penyemangat hidup untuk terus berjalan. Syifa adalah obat luka masa suramku.
Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sosok yang pernah kukenal.kulihat dari kejauhan, di warung Mang Ujo, ia tengah menunjukkan secarik kertas kepada salah seorang warga yang sedang belanja. Kuyakini ia menanyakan alamat rumah Bi Idas, rumah yang kini kutempati bersama Syifa, buah hatiku.  Aku cepat-cepat pulang, mengunci pintu, Bi Idas yang sedang di dapur hanya menggernyitkan kening.
Benar saja, kulihat dari jendela kamar, ia semakin mendekati rumah panggung ini. Tidak sendiri. Ia ditemani Sinta.
“Tok…Tok…Tok…,” dengan keras ian mengetuk pintu. Aku diam, Bi Idas hening. Tapi tidak dengan Syifa.
“Tok…Tok…Tok…” kembali  Rian mengetuk pintu kesekian kalinya.
Aku coba membekap mulut Syifa dengan tangan supaya ia tak bersuara. Tapi ia berontak. Seolah ia menolak kedatangan Rian.
Bi Idas membukan pintu. Rian masuk tanpa permisi.
“Mana anakku?” tanyanya seperti singa yang akan menerkam.
“Ulan… Ulan.., mana anakku?” bentaknya lebih keras
Aku keluar kamar. Syifa tak juga berhenti menangis.
“Kesinikan anakku!”
Dengan paksa ia telah merebut Syifa daari gendonganku. Syifa ada ditangannya.
“Dia anakku, bukan anakmu!” kucoba merebut kembali Syifa.
“PLAK…”
Tamparannya mendarat di pipiku. Aku limbung. Yang kuingat, kepalaku tersungkur mendarat di ujung meja ruang tamu.

sumber:  http://gurumuda.info/dia-anakku-bukan-anakmu-cerpen/

Gunung Kelud meletus, hujan abu hingga wilayah Jateng

Gunung Kelud meletus, hujan abu hingga wilayah Jateng

Terbaru  14 Februari 2014 - 08:13 WIB
kelud
Warga yang terdampak letusan Gunung Kelud, Kamis (13/02) telah diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Hujan abu akibat dampak letusan Gunung Kelud telah menerpa hingga sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang berjarak lebih dari 200km dari gunung Kelud.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, menyebutkan hujan abu menyebar di beberapa wilayah, seperti Kediri, Malang, Blitar, Surabaya, Ponorogo, hingga Pacitan, Solo, Yogya, Boyolali, Magelang, Purworejo, serta Temanggung.
Sejumlah laporan menyebutkan, masyarakat di sejumlah kota di Jatim, Jateng hingga pulau Madura, merasakan langsung terpaan hujan abu tersebut.
Gunung Kelud yang terletak di perbatasan Kediri-Blitar, Jawa Timur, telah meletus sekitar pada pukul 22.50 WIB, Kamis (13/02) malam, demikian Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, dalam keterangan resminya.
Seorang pembaca BBC Indonesia yang tinggal di Magelang, Jateng, mengatakan, hujan abu terjadi di wilayah tempat tinggalnya.
"Agak parah, Magelang masih hujan abu, deras," kata Faisal Alib dalam pesannya di situs Facebook BBC Indonesia, Jumat (14/02) pagi, sekitar pukul 08.30 WIB.
kelud
Hujan abu menerpa wilayah Kediri hingga sejumlah wilayah di Jawa Tengah.
"Abu vulkanik gunung Kelud sampai ke kota Kamal, Madura," kata Muhammad Taufik, dalam komentarnya.
Sementara, seorang warga di Surabaya, Merynda, mengatakan menyaksikan hujan abu di kotanya pada Jumat pagi. "Hujan abu lumayan tebal," tulisnya di laman situs Facebook Indonesia.

Evakuasi warga

BNPB menyatakan, proses evakuasi terhadap warga yang terdampak letusan gunung Kelud, yaitu mereka yang tinggal di radius 10 km.
Mereka yang diungsikan adalah warga dari 35 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Blitar, Kediri, dan Malang.
"Jumlah penduduk terpapar sekitar 201.228 jiwa atau sekitar 58.341 jiwa kepala keluarga," ungkap data BNPB.
Menurut BNPB, masyarakat yang tinggal di radius 15 km banyak yang kerja bakti membersihkan pasir dan abu di jalan, meskipun hujan abu masih berlangsung.
Warga yang tinggal di wilayah terdampak diungsikan ke lokasi aman.
"Pembersihan dilakukan secara swadaya agar tidak ada kecelakaan lalu lintas karena tebal abu pasir sekitar 3-5 cm," kata BNPB dalam situs resminya.
Sementara, menurut BNPB pada Jumat (14/02) pagi, dampak langsung letusan gunung Kelud ini menimpa tiga desa di wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
"Yang terdampak tiga desa di Kecamatan Kepung, yakni Desa Kebonrejo, Desa Besowo, serta Desa Kampung baru," demikian keterangan resmi BNPB.
Menurut BNPB, kebutuhan mendesak bagi warga yang tinggal di sekitar desa tersebut adalah masker, mck, air bersih, air minum dan makanan.

sumber: 

Gunung Kelud meletus, hujan abu hingga wilayah Jateng

Terbaru  14 Februari 2014 - 08:13 WIB
kelud
Warga yang terdampak letusan Gunung Kelud, Kamis (13/02) telah diungsikan ke tempat yang lebih aman.
Hujan abu akibat dampak letusan Gunung Kelud telah menerpa hingga sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang berjarak lebih dari 200km dari gunung Kelud.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, menyebutkan hujan abu menyebar di beberapa wilayah, seperti Kediri, Malang, Blitar, Surabaya, Ponorogo, hingga Pacitan, Solo, Yogya, Boyolali, Magelang, Purworejo, serta Temanggung.
Sejumlah laporan menyebutkan, masyarakat di sejumlah kota di Jatim, Jateng hingga pulau Madura, merasakan langsung terpaan hujan abu tersebut.
Gunung Kelud yang terletak di perbatasan Kediri-Blitar, Jawa Timur, telah meletus sekitar pada pukul 22.50 WIB, Kamis (13/02) malam, demikian Badan Nasional Penanggulangan Bencana, BNPB, dalam keterangan resminya.
Seorang pembaca BBC Indonesia yang tinggal di Magelang, Jateng, mengatakan, hujan abu terjadi di wilayah tempat tinggalnya.
"Agak parah, Magelang masih hujan abu, deras," kata Faisal Alib dalam pesannya di situs Facebook BBC Indonesia, Jumat (14/02) pagi, sekitar pukul 08.30 WIB.
kelud
Hujan abu menerpa wilayah Kediri hingga sejumlah wilayah di Jawa Tengah.
"Abu vulkanik gunung Kelud sampai ke kota Kamal, Madura," kata Muhammad Taufik, dalam komentarnya.
Sementara, seorang warga di Surabaya, Merynda, mengatakan menyaksikan hujan abu di kotanya pada Jumat pagi. "Hujan abu lumayan tebal," tulisnya di laman situs Facebook Indonesia.

Evakuasi warga

BNPB menyatakan, proses evakuasi terhadap warga yang terdampak letusan gunung Kelud, yaitu mereka yang tinggal di radius 10 km.
Mereka yang diungsikan adalah warga dari 35 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Blitar, Kediri, dan Malang.
"Jumlah penduduk terpapar sekitar 201.228 jiwa atau sekitar 58.341 jiwa kepala keluarga," ungkap data BNPB.
Menurut BNPB, masyarakat yang tinggal di radius 15 km banyak yang kerja bakti membersihkan pasir dan abu di jalan, meskipun hujan abu masih berlangsung.
Warga yang tinggal di wilayah terdampak diungsikan ke lokasi aman.
"Pembersihan dilakukan secara swadaya agar tidak ada kecelakaan lalu lintas karena tebal abu pasir sekitar 3-5 cm," kata BNPB dalam situs resminya.
Sementara, menurut BNPB pada Jumat (14/02) pagi, dampak langsung letusan gunung Kelud ini menimpa tiga desa di wilayah Kabupaten Kediri, Jawa Timur.
"Yang terdampak tiga desa di Kecamatan Kepung, yakni Desa Kebonrejo, Desa Besowo, serta Desa Kampung baru," demikian keterangan resmi BNPB.
Menurut BNPB, kebutuhan mendesak bagi warga yang tinggal di sekitar desa tersebut adalah masker, mck, air bersih, air minum dan makanan.

sumber:  http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/02/140214_gunung_kelud_meletus.shtml

Sepucuk Surat dari Anak yang Diaborsi buat Ibunya!

Sepucuk Surat dari Anak yang Diaborsi buat Ibunya!

*
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarrakatuh …
Teruntuk Bundaku tersayang…!!
Dear Bunda…

menyesalBagaimana kabar bunda hari ini? Semoga bunda baik-baik saja… Nanda juga di sini baik-baik saja bunda… Allah sayang banget sama nanda. Allah juga yang menyuruh nanda menulis surat ini untuk bunda, sebagai bukti cinta nanda sama bunda. Bunda, ingin sekali nanda menyapa perempuan yang telah merelakan rahimnya untuk nanda diami walaupun hanya sesaat…

Bunda, sebenarnya nanda ingin lebih lama berada di rahim bunda, ruang yang kata Allah paling kokoh dan paling aman di dunia ini. Tapi rupanya bunda tidak menginginkan kehadiran nanda, jadi sebagai anak yang baik, nanda pun rela menukarkan kehidupan nanda demi kenyamanan bunda. Walaupun dulu, waktu bunda mengeluarkan nanda dengan paksa, sakiiiit … banget bunda, badan nanda rasanya seperti tercabik-cabik dan keluar sebagai gumpalan darah yang menjijikkan apalagi hati nanda, nyeri, merasa seperti aib yang tidak dihargai dan tidak diinginkan bahkan oleh Bunda sendiri. 

Bunda, nanda mau cerita. Dulu nanda pernah menangis dan bertanya kepada Allah, mengapa bunda mengeluarkan nanda saat nanda masih berupa wujud yang belum sempurna dan membiarkan nanda sendirian disini? Apa bunda tidak sayang sama nanda? Bunda tidak kecewa kok bunda… karena dengan begitu, bunda telah mengantarkan nanda untuk bertemu dan dijaga oleh Allah bahkan nanda dirawat dengan penuh kasih sayang di dalam surga Nya.
Bunda, nanda malu terus-terusan nanya sama Allah, walaupun Dia selalu menjawab semua pertanyaan nanda tapi nanda mau nanyanya sama bunda aja ya. Pernikahan itu apa sih? Kenapa bunda tidak menikah saja dengan ayah? Kenapa bunda membuat nanda jadi anak haram dan mengapa bunda mengusir nanda dari rahim bunda dan tidak memberi kesempatan nanda hidup di dunia dan berbakti kepada bunda? Maaf ya bunda, nanda bawel banget… nanti saja, nanda tanyakan bunda kalau kita ketemu. Apakah Bunda tidak ingin mencium nanda? Atau jangan-jangan karena nanti nanda rewel dan suka mengompol sembarangan? Lalu Allah bilang: “Bunda kamu malu sayaang …!” 
“Kenapa bunda malu?”
“Karena dia takut kamu dilahirkan sebagai anak haram…”
“Anak haram itu apa ya Allah?”
“Anak haram itu anak yang dilahirkan tanpa ayah.”

Nanda bingung dan bertanya lagi sama Allah. Ya Allah, bukannya setiap anak itu pasti punya ayah dan ibu? Kecuali Nabi Adam dan Isa? Allah yang Maha Tahu menjawab bahwa bunda dan ayah memproses nanda bukan dalam ikatan pernikahan yang sah. Nanda semakin bingung dan akhirnya nanda putuskan untuk diam.
Penyesalan CintaOh ya Bunda, suatu hari malaikat pernah mengajak jalan-jalan nanda ke tempat yang katanya bernama neraka. Tempat itu sangat menyeramkan, mengerikan dan sangat jauh berbeda dengan tempat tinggal nanda di surga. Di situ banyak orang yang dibakar pake api bunda … minumnya juga pake nanah dan makannya buah-buahan aneh yang bau busuk, banyak durinya … yang paling parah, ada perempuan yang ditusuk kemaluannya pake besi panas dan dibakar kaya sate gitu, ngeri banget bunda.
Lagi ngeri-ngerinya, tiba-tiba malaikat bilang sama nanda. Nak, kalau bunda dan ayahmu tidak bertaubat kelak, di situlah tempatnya … di neraka itulah orang yang berzina akan tinggal dan disiksa selamanya. Seketika itu nanda menangis dan berteriak-teriak memohon agar bunda dan ayah jangan dimasukkan ke situ….  nanda sayang bunda… nanda kangen dan ingin bertemu bunda… nanda ingin merasakan lembutnya belaian tangan bunda dan nanda ingin kita tinggal bersama di surga… nanda takut, bunda dan ayah kesakitan seperti orang-orang itu…
Lalu, dengan lembut malaikat berkata… “Nak, kata Allah, “kalau kamu sayang, mau bertemu dan ingin ayah bundamu tinggal di surga bersamamu, tulislah surat untuk mereka… sampaikan berita baik bahwa kamu tinggal di surga dan ingin mereka ikut, ajaklah mereka bertaubat dan sampaikan juga kabar buruk, bahwa jika mereka tidak bertaubat mereka akan disiksa di neraka seperti orang-orang itu.
Saat mendengar itu, segera saja nanda menulis surat ini untuk bunda. Menurut nanda, Allah itu baik banget bunda…. Allah akan memaafkan semua kesalahan makhluk-Nya asal mereka mau bertaubat nasuha, taubat yang sungguh-sungguh. Bunda taubat ya? Ajak ayah juga, nanti biar kita bisa kumpul bareng di sini… Nanti nanda jemput bunda dan ayah di padang Mahsyar deh… nanda janji mau bawain minuman dan payung buat ayah dan bunda, soalnya kata Allah di sana panas sekali bunda… antriannya juga panjaang, menyiksa dan peluh keringat bercucuran. Semua orang sejak jaman nabi Adam kumpul disitu… tapi bunda jangan khawatir, Allah janji, kalo bunda dan ayah benar-benar bertaubat dan jadi orang yang baik, pasti nanda bisa ketemu kalian.
Bunda, kasih kesempatan buat nanda ya…. biar nanda bisa merasakan nikmatnya bertemu dan berbakti kepada orang tua, nanda juga mohon banget sama bunda…jangan sampai adik-adik nanda mengalami nasib yang sama dengan nanda, biarlah nanda saja yang merasakan sakitnya ketersia-siaan itu. Tolong ya bunda, kasih adik-adik kesempatan untuk hidup di dunia menemani dan merawat bunda saat bunda tua kelak.
Sudah dulu ya bunda… nanda mau main-main dulu di syurga…. nanda tunggu kedatangan ayah dan bunda di sini… nanda sayang banget sama bunda…. muach!
Salam,
Nanda
images (2) 

sumber: https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=6065669970697651638#editor/target=post;postID=3068979580640721085

KISAH NABI AYUB

KISAH NABI AYUB

Nabi Ayub as menggambarkan sosok manusia yang paling sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Sering orang menisbatkan kesabaran kepada Nabi Ayub. Misalnya, dikatakan: seperti sabarnya Nabi Ayub. Jadi, Nabi Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran pada setiap bahasa, pada setiap agama, dan pada setiap budaya. Allah SWT telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)
Yang dimaksud al-Aubah ialah kembali kepada Allah SWT. Nabi Ayub adalah seseorang yang selalu kembali kepada Allah SWT dengan zikir, syukur, dan sabar. Kesabarannya menyebabkan beliau memperoleh keselamatan dan rahasia pujian Allah SWT padanya.
Al-Qur'an al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya. Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: "Maka keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya." Tentu kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata. Perhatikanlah ungkapan dalam Taurat: "Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan kita," sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as. Maka, kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni, tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat.
Lalu, bagaimana hakikat sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di antara mereka berkata: "Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di jalan-Nya." Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa terganggu dengan hal itu. Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya.
Ketika setan berputus asa dari mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: "Ya Rabbi, hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan. Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya. Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur. Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni karena cinta."
Riwayat tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis: "Sesungguhnya Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya. Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang engkau lakukan."
Akhirnya, setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: "Oh musibah dari Allah SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya; Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya." Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang melihat pemandangan tersebut.
Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: "Ya Allah, jika Ayub tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan yang lebih mudah." Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub. Kemudian setan menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua terbunuh. Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan menyeru: "Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak tercengang dan merasa malu."
Iblis kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub. Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT.
Melihat pemandangan itu, amarah setan semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya dan syukurnya.
Salah seorang setan berkata: "Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau maksud adalah Hawa?" Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia pergi ke Ayub dan berkata padanya: "Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan kemuliaanmu dahulu?"
Mendengar perkataan isterinya itu, Nabi Ayub menjawab: "Sungguh engkau telah dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan anak yang telah mati?" Perempuan itu berkata: "Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu serta menghilangkan kesedihannmu?" Nabi Ayub berkata: "Berapa lama kita merasakan kebahagiaan?" Istrinya menjawab: "Delapan tahun." Ayub berkata: "Berapa lama kita mendapat penderitaan?" Istrinya menjawab: "Tujuh tahun." Ayub berkata: "Aku malu jika aku meminta agar Allah SWT melepaskan penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah kau dariku."
Akhirnya, isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya. Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan Nabi Ayub dan kesabarannya.
Menurut hemat kami riwayat ini palsu karena ia sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayub. Begitu juga kami tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian. Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah disampaikan oleh Al-Qur'an berkenaan dengan cerita Nabi Ayub. Al-Qur'an adalah kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di belakangnya.
Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ('Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.' Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah." (QS. al-Anbiya': 83-84)
Kita telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Sakit yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian. Di saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya; pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran setan itu berputar di sekitar hati Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia, namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada dirinya beliau berkata: "Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah." Akhirnya, pikiran jahat itu dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya, penderitaannya, dan penyakitnya.
Istri Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan makanan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: "Dari mana engkau mendapati uang?" Nabi Ayub telah bersumpah akan memukulnya seratus kali pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: 'Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.' (Allah berfirman): 'Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya)." (QS. Shad: 41-44)
Bagaimana kita memahami perkataan Nabi Ayub, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan."? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah datang karena pengaruh setan.
Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan beliau untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT memerintahkannya agar beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini dan mandi serta minum. Belum lama beliau minum pada tegukan yang terakhir sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah SWT memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga Ayub tidak menjadi fakir.
Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau telah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa beliau tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur'an sebagaimana firman-Nya:
"Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

sumber:  http://quran.al-shia.org/id/qesseh-quran/16.htm